Portofolio Modul 2
MODUL 2
By
Nurhasnah,SS
Guru
Bahasa Inggris SMP Negeri 2 Tigaraksa
Calon
Guru Penggerak Angkatan 3
KABUPATEN
TANGERANG
2021/2022
IDENTITAS
CALON GURU PENGGERAK
Nama :
Nurhasnah,SS
Tempat,Tanggal lahir :
Babukik,14 Januari 1983
NUPTK : 3446761663300022
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan terakhir :
S1 Bahasa dan Sastra Inggris
Email : nurhasnah03@gmail.com
Blog :
https://wwwnurhasanah-83.blogspot.com/
Sekolah Tempat Bertugas :
Nama : SMP Negri 2 Tigaraksa
Alamat : Jl. Ariya Jaya Sentika . Kp Kadondong
Kecamatan : Tigaraksa
Kabupaten : Tangerang
Provinsi : Banten
Tugas : Guru Bahasa Inggris
Beban mengajat : 24 jp/minggu
Tangerang,12
Februari 2022
Mengetahui,
Kepala Sekolah Penulis,
WAWAN SETIAWAN,M.Pd NURHASNAH,SS
NIP:19630526108412002
Aksi
Nyata modul 2
2.1
Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi
2.2
Pembelajaran Sosial Emosional
2.3
Coaching Mewujudkan Pembelajaran Berpihak
Pada murid
Portofolio
A.
Refleksi mulai dari diri
Selama mengajar dari tahun 2007 saya terbiasa dengan menerapkan peraturan dan harus di lakukan oleh murid yang saya ajar. Semua sudah di program dan diatur sedemikian rupa sesuai dengan target kurikulum semua terjadwal. Saya melaksanakan KBM sesuai target Kurikum. Hal yang dilakukan agak kaku memang. Semua berjalan tidak sesuai kreatifitas guru. Guru adalah manusia yang serba tahu dibandingkan dengan murid. Para murid harus mengikuti apa yang among instruksikan.. Tugas guru adalah untuk mentransfer pengetahuan. Apa yang guru ketahui diberikan kepada murid sebagai suatu paket ilmu pengetahuan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum. Pembelajaran adalah proses membuat murid berkontribusi aktif.. Pemikiran saya masih kolot pada waktu itu saya percaya dominasi dari guru adalah suatu keharusan. Pembelajaran terpusat pada peran guru sebagai pendidik sangat significant. Pembelajaran adalah kegiatan belajar mengajar di dalam ruang kelas, karena biasanya pembelajaran di luar kelas dilakukan oleh guru olahraga dan kegiatan ekskul. Saya lebih terfokus ke tuntutan kompetensi yang diamanatkan dalam kurikulum dan cenderung melaksanakan pembelajaran sesuai apa yang tertulis dalam kurikulum.
Mind set saya seketika berubah setelah mempelajari filosofi pendidikan dari Ki Hajar Dewantara. Point yang saya dapatkan dari filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah siswa tidak boleh diperlakukan seperti sebagai maunya among. Pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara telah membuat saya open minded terhadap hal tersebut. Murid memiliki kodrad alam dan kodrad zaman yang harus di perhatikan dan di kembalikan sesuai kodrat itu dengan memberi kebebasan bereksplorasi ,berintegrasi dengan sumber belajar yang beragam. Murid boleh berkreasi dan bereksplorasi Artinya, murid mandiri tidak hanya bergantung pada buku pegangan murid atau guru saja. . Namun, murid diberi dorongan untuk gemar mencari pengetahuan seluas luasnya sesuai kodrat zaman dan alam mereka..
Agar pembelajaran terlaksana dengan baik,terukur dan terarah perlu berorientasi kepada murid sesuai dengan kodrat alam dan zaman mereka akan tetapi harus tetap memperhatikan ketercapaian kurikulum nasional. Pembelajaran yang berorientasi kepada murid. Pembelajaran yang dirancang adalah pembelajaran yang menjadikan murid sebagai pusat pembelajaran. Para among dengan ikhlas hati menghamba kepada murid. Pembelajaran tidak terbatas mau nya among. Pembelajaran bisa dilakukan berpihak pada murid sesuai dengan readiness mereka. dimanapun sesuai dengan konteksnya. Setiap tempat adalah sekolah. Keluarga, masyarakat, lingkungan alam adalah sekolah. Sebagaimana kata bijab Ki Hajar Dewantara” Setiap orang menjadi Guru dan setiap Rumah Menjadi sekolah
B. Pembelajaran Berpihak Pada Murid
Sistem Among yang dianut Ki Hajar Dewantara menjadikan guru dalam perannya bukan satu-satunya sumber pengetahuan melainkan sebagai mitra murid untuk melejitkan kodrat dan irodat yang mereka miliki, apa yang harus dilakukan, salah satunya adalah mengintegrasikan pembelajaran berdifrensiasi kedalam pembelajaran, dimana pembelajaran harus disesuaikan dengan minat, profil belajar murid dan kesiapan belajar readiness, sehingga pembelajaran dapat mengakomodir kebutuhan individu murid, dalam hal ini “KHD mengibaratkan bahwa guru adalah petani, dan murid adalah tanaman dan setiap individu murid adalah tanaman yang berbeda, jika tanaman padi membutuhkan banyak air, tentu akan berbeda perlakuan terhadap tanaman jagung yang justru membutuhkan tempat yang kering untuk tumbuh dengan baik”.
Salah satu bentuk untuk melejitkan/mengorbitkan potensi murid adalah dengan mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi, pembelejaran yang selalu memperhatikan kebutuhan belajar murid berdasarkan minat, profil dan kesiapan belajar /readiness. Guru sebagai coach dibutuhkan untuk menggali kebutuhan murid sehingga guru dapat mendisain proses pembelajaran yang mampu memaksimalkan segala potensi yang dimiliki murid.
Secara social emosional segala potensi murid dapat berkembang secara maksimal. Proses coaching dapat berjalan degan mengoptimalkan ranah social emosional sehingga setiap murid mampu menyelesaikan setiap masalah dengan potensi dan kemampuannnya sendiri. Segala potensi akan tergali dengan proses coaching yang dilakukan guru. Murid akan menemukan kedewasaan dalam menghadapi setiap kemelut dalam hidupnya dan mereka akan menemukan jati diri dengan proses coaching yang dilakukan guru. Pada akhirnya mereka akan mampu hidup bebas dan merdeka menentukan jalan hidupnya sesuai kekuatan dan potensinya masing-masing.
Selain itu pendekatan Sosial dan Emosional dalam praktek
coaching juga sangat diperlukan, Melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif yang
diberikan guru, murid akan menemukan kedewasaan dalam proses berfikir melalui
kesadaran dan pengelolaan diri, sadar akan kekuatan dan kelemahan yang
dimilkinya, mengambil prespektif dari berbagai sudut pandang sehingga sesuatu
yang menjadi keputusannya telah didasarkan pada pertimbangan etika, norma
sosial dan keselamatan.
A. Latar Belakang
Di dalam kelas pada saat proses pembelajaran, fakta yang ditemukan adalah pendidik dihadapkan dengan situasi dimana setiap murid memiliki profil belajar dan minat belajar murid yang beragam dengan keunikan masing-masing. Karakteristik murid yang variative, serta keterampilan murid yang menarik untuk di eksplore . Hal Ini merupakan sebuah tantangan bagi setiap pendidik untuk bisa memberikan keputusan dalam menyusun strategi pembelajaran yang berhubungan dengan fakta tersebut serta perlu memperhatikan pembelajaran yang berpihak kepada murid.
Menurut filosofi Ki Hadjar Dewantara, pendidik diibaratkan sebagai seorang petani dan murid-murid adalah benihnya. Petani harus paham dan mampu menyediakan lahan yang berkualitas untuk menyemai benih-benih tersebut. Selain dari pada itu petani perlu melakukan berbagai cara serta usaha untuk menjaga kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan benih yang di semai oleh petani. Begitulah seorang among dalam mengakomodir pembelajaran . Selain dari itu among harus memperhatikan kekuatan kodrat murid . Kodrat itu adalah kodrat alam dan kodrat zamannya, karena bagaimanapun pemberlakuan yang diberikan kepada murid harus berpihak pada murid itu sendiri.
Pendidikan dalam konteks yang sesungguhnya, sebagaimana diyakini juga oleh Ki Hadjar Dewantara adalah menyangkut upaya memahami dan menganyomi kebutuhan murid sebagai subyek pendidikan. Dalam konteks ini, pendidik perlu menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid. Pembelajaran yang berpihak pada murid merupakan langkah untuk menerapkan merdeka belajar di sekolah.
Dalam upaya mempraktekkan pembelajaran yang berpihak pada murid untuk menerapkan merdeka belajar di sekolah, maka pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran yang memuat kompetensi sosial emosional perlu diterapkan di sekolah khususnya di SMP Negeri 2 Tigaraksa.
B. Deskripsi Aksi Nyata
1. Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi dan Sosial Emosional
Aksi nyata yang CGP terapkan adalah perpaduan pembelajaran
berdiferensiasi dan sosial emosional yang dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Pembelajaran
Berdiferensiasi
Menurut Tomlinson (2000), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Secara harfiah pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid
Dalam penerapan
pembelajaran berdiferensiasi perlu dilakukan steps sebagi berikut:
Menentukan tujuan pembelajaran
Maping kebutuahan belajar murid dengan 3 (tiga) aspek yaitu: kesiapan belajar (readiness) murid, minat belajar murid, dan profil belajar murid dengan 3 (tiga) strategi diferensiasi yaitu: diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk.
Menentukan kegiatan pembelajaran
Menentukan strategi dan alat penilaian
Menyusun RPP
Melaksanakan
pembelajaran
Pembelajaran Sosial Emosional
Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE) adalah hal yang sangat penting untuk di berlakukan atau di implementasikan di Sekolah saya di SMP Negeri 2 Tigaraksa. . Pembelajaran ini berisi keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan murid untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya, juga untuk menempa mereka menjadi person yang memiliki character building yang baik sehingga mereka bahagia dunia akhirat. .
PSE memberikan pembelajaran keseimbangan pada individu dan
mengembangkan kompetensi personal yang dibutuhkan untuk dapat menjadi sukses.
Bagaimana kita sebagai pendidik dapat menggabungkan itu semua dalam
pembelajaran sehingga anak-anak dapat belajar menempatkan diri secara efektif dalam
konteks lingkungan tempat dimana mereka berdomisili
Pembelajaran sosial emosional memiliki
beberapa tujuan untuk kebaikan murid, diantaranya:
Ø
Memberikan kemampuan murid untuk mengelola emosi
Ø Memberikan tujuan positif
Ø Menanamkan
rasa empati kepada orang lain
Ø Membangun
dan mempertahankan hubungan yang positif
Ø Membuat murid bisa mengambil keputusan yang bertanggung jawab
Ruang lingkup pembelajaran sosial emosional adalah sebagai berikut:
1.Rutin (diluar waktu belajar akademik) 2.Terintegrasi dalam pembelajaran
3.Protokol (budaya atau aturan
sekolah
Ada 5 (lima) kompetensi sosial emosional yaitu:
- Kesadaran diri (pengenalan emosi),
- Pengelolaan diri (pengelolaan emosi dan fokus),
- Kesadaran sosial (empati),
- Keterampilan relasi (resiliensi),
- Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Kelima kompetensi ini berkaitan dengan latihan berkesedaran penuh (mindfulness) sebagai penghubung diri sendiri (self-awarenes) dengan 5 kompetensi sosial emosional untuk mencapai pengambilan keputusan yang bertanggung jawab kesejahteraan psikologi (wellbeing).
2.Tujuan
Tujuan dari penerapan
pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional di sekolah adalah sebagai
berikut:
o Memenuhi kebutuhan belajar murid
o Menciptakan
pembelajaran yang bermakna dan fun
o Mengimplementasikan pembelajaran yang berpihak pada murid
o
Menciptakan
merdeka belajar di sekolah
o Membina dan mengasah potensi masing-masing murid
3.Tolak
Ukur
Indikator aksi nyata ini berjalan dengan baik adalah terlaksananya pembelajaran
berdiferensiasi dan sosial emosional di SMP Negeri 2 Tigaraksa
4. Linimasa tindakan yang telah dilakukan
Aksi nyata dilakukan dimulai pada
semester ganjil tahun pelajaran 2021/2022
Adapun rencana tindakan aksi nyata yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
no |
Aksi |
Lini masa |
|||
Mingu
1 |
Minggu
2 |
Minggu
3 |
Minggu
4 |
||
1 |
Mengkomunikasikan
aksinyata kepada kepala sekolah serta berkordinasi dengan kurikulum serta
rekan sejawat |
|
|
|
|
2 |
Membuar
RPP |
||||
3 |
Membuat
Media pembelajaran |
||||
4 |
Maping
profil belajar murid |
||||
5 |
Finishing
RPP |
|
|
||
6 |
Implementasi
pemeblajaran diferensiasi dan pembelajaran
social emosional |
||||
7 |
Evaluasi
proyeksi serta refleksi |
|
|
|
|
8 |
Testimoni |
|
|
||
9 |
Laporan
|
C.
Hasil dari Aksi Nyata yang Dilakukan
Adapun hasil dari aksi nyata yang telah dilakukan adalah:
- Terealisai pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional
- Terciptanya ekosistem belajar yang nyaman
- Kebutuhan belajar murid terakomodir
- Terciptanya merdeka belajar di sekolah
- Memberikan pembelajaran yang fun
- Memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya untuk murid bisa mengembangkan potensi, minat dan bakatnya masing-masing
D. Pembelajaran yang didapat dari
Pelaksanaan
Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan pembelajaran
berdiferensiasi dan sosial emosional ini adalah seyokyanya murid memiliki
kodrat masing-masing, guru hanya sebagai motor penggerak tumbuh kembangnya
kodrat tersebut sebagai kekuatan dari murid serta pentingnya memenuhi kebutuhan
belajar murid agar murid merdeka dalam belajar dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dan
sosial emosional.
E. Rencana Perbaikan untuk Pelaksanaan di Masa
Mendatang
Memenuhi kebutuhan belajar murid sebagai langkah menciptakan
merdeka belajar di sekolah terkadang ada
kendala, maka dimasa mendatang akan perlu dilakukan evaluasi dan proyeksi dalam konsistensi penerapan secara
berkelanjutan pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional di Sekolah SMP negeri 2 Tigaraksa.
F. Dokumentasi Proses dan Hasil Pelaksanaan
Dokumentasi terdiri dari dokumen pendukung pelaksanaan aksi
nyata dan foto-foto kegiatan (pada lampiran artikel ini) yang disusun
berdasarkan linimasa kegiatan yang telah dilaksanakan, sedangkan video
pembelajaran dan testimoni murid dan guru dalam bentuk video yang dilampirkan
linknya di artikel ini
2.1https://drive.google.com/file/d/1xnI2QsFzTt0I2_NkgA_yBjS-B8y05iTl/view?usp=sharing
2.2 https://youtu.be/oQ49E8Mu0XI
2.3 https://youtu.be/vkBAAjU71QM
Coaching
A.
Latar Belakang
Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa pendidikan adalah sebuah proses menuntun tumbuh kembang murid sesuai dengan kodrat alam dan zaman yang dimilikinya agar anak tersebut memperoleh kebahagaian dan keselamatan baik sebagai individu maupun bagian dari masyarakat yang selamat dunia dan akhirat . Agar Pendidikan tersebut terlaksana dengan baik perlu dilakuna suati aksi nyata dalam menggali potensi diri murid salah satu proses menggali dan menuntun tersebut adalaha dengan cara melakukan coaching. Dalam pelaksanaan coaching seorang guru berperan sebagai coach dapat menuntun, mengarahkan, dan membimbing seorang coachee (murid) dengan mengajukan pertanyaan pemantik untuk menggali segala potensi dan kemampuan yang dimiliki coachee dengan harapan agar coachee dapat menyadari akan potensi yang ada pada dirinya sehingga ia dapat memanfaatkan potensinya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Hal yang ada tersebut dapat mengajarkan murid untuk berpikir kritis dan inovatif yang merupakan langkah awal menjadi pribadi yang berkualitas dan dan ber karakter baik
Proses menuntun yang dilakukan dalam coaching adalah sebuah usaha untuk mengeksplorasi murid untuk mampu menggali dan megeksplore potensinya. Konsep coaching sangat dibutuhkan untuk memberikan layanan pendidikan pada murid karena teknik Coaching berbeda dengan konsep konseling dan mentoring.
Coaching tidak hanya berawal dari masalah tetapi dari kondisi yang memungkinkan murid mampu memaksimalkan potensi dan kekuatannya untuk menemukan dan menyelesaikannya sendiri. Mentoring merupakan proses dilakukan ahli dengan berbagi pengalaman kepada coachee untuk menyelesaikan masalahnya. Sedangkan konseling konselor memberikan bantuan solusi untuk menyelesaikan masalah konseli.
Coaching yang dilakukan oleh seorang coach kepada coachee membutuhkan empat keterampilan diantaranya
- Keterampilan dasar proses coaching
- Keterampilan berelasi baik
- Keterampilan berkomunikasi
- Keterampilan memfasilitasi pembelajaran
Dalam proses coaching ada salah satu model yang biasa
digunakan oleh coach. Model yang dikembangkan dari Salah satu model GROW. Model
GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Goal (Tujuan):
coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi
coaching ini; Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang
terjadi pada diri coachee; Options (Pilihan): coach membantu coachee
dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan
dijadikan sebuah rancangan aksi; dan Will (Keinginan untuk maju): komitmen
coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.
Model GROW menjadi pijakan dalam melakukan coaching yang selanjutnya dikembangkan menjadi model TIRTA yang meliputi langkah-langkah Tujuan utama pertemuan/pembicaraan; Identifikasi masalah coachee; Rencana aksi coachee; dan Tanggung jawab/komitmen. Dalam Aksi Aspek berkomunikasi untuk mendukung
Praktik
coaching antara lain, Komunikasi Asertif menjadi Pendengar aktif, Bertanya
reflektif dan Umpan balik positif.
Refleksi coaching di sekolah
- Dilakukan oleh guru untuk menuntun potensi, keunikan dan kekuatan murid untuk hidup sesuai kodratnya dan memperbaiki lakunnya.
- Coaching menjadikan murid bisa hidup sebagai individu dan merupakan bagian dari masyarakat yang mampu mengenali, menggali dan memaksimalkan potensi yang ada
- Segala potensi yang dimilikinya untuk menyelesaikan segala masalahnya sendiri.
- Coaching, menuntun murid untuk berkesadaran penuh mencapai kemerdekaan belajar digali dengan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk memaksimalkan segala potensinya.
- Coaching sangat membantu guru dalam menjalankan pendidikan berpihak pada murid, menghormati dan menghargai potensi diri murid untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sendiri, guru tidak menghakimi sang murid, guru hanya menuntun sang murid untuk menemukan solusi melalui potensi yang dimiliki sang murid.
- Coaching juga dapat dilakukan coach dengan teman sejawatnya atau warga sekolah yang lainnya untuk menuntun menemukan solusi dari permasalahan nya sendiri sesuai kompetensi yang dimiliki.
B.
Tujuan Tindakan Aksi Nyata
Tujuan dari tindakan aksi nyata adalah membantu untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi guru dan murid dengan cara menuntun dan
membimbingnya mencapai solusi yang diharapkan melalui potensi yang di miliki
sang among dan murid untuk menyelesaikan masalahnya
C.
Tolak Ukur
Coaching yang akan dilakukan menggunakan model TIRTA. TIRTA yang berarti Tujuan, Identifikasi Masalah, rencana aksi, dan tanggung jawab.
Hasil coaching yang di lakukan
sebelumnya dilakukan bersama murid dan rekan sejawat.
D.
Linimasa Aksi Nyata
Rencana
tindakan aksi nyata praktik coaching bersama rekan sejawat akan dilakukan saat
pendampingan individu ke-5 minggu ke-4 bulan Februari 2022
E.
Dukungan
Apa saja bahan, alat, atau pihak yang anda butuhkan untuk menjalankan tindakan aksi nyata? Bagaimana anda mendapatkannya?)
Kegiatan ini akan didokumentasikan dengan menggunakan kamera
handphone pribadi, dengan pihak yang mendukung praktek coaching yaitu kepala
sekolah, Pengajar Praktek, dan Rekan Sejawat.
DOKUMENTASI
Aksi Nyata
Komentar
Posting Komentar